This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, Juli 23, 2012

Alhamdulillah,,Aku Sudah Jadi Istri yang Sebenarnya

SEBELUM married, memang aku nginnya bekerja. Kelihatannya keren saja pokoknya bisa mencari duit sendiri. Kebetulan diajak teman ngelamar di Karawaci, eh aku diterima tapi temenku justru tidak lolos.

Waktu sudah married (Alhamdulillah suamiku, sudah punya pekerjaan mapan, rumah juga udah ada, Alhamdulillah banget deh pokoknya). Tapi tetap saja aku bilang sama suamiku kalau masih ingin bekerja. Memang sudah kita bahas kalau mencari nafkah itu kewajipan suami dst. Jadi alasan buat kerja di luar rumah memang kebanyakan buat pembenaran aja sih. Buat nambah income lah, biar nggak mubazir capek-capek kuliah, ingin berperan ganda, emansipasi, aktualiasasi diri bla bla bla.
Dandan cakep buat siapa yah?

Pagi-pagi, yang namanya dandan kayaknya nggak kelar-kelar, ada aja yang bikin tidak pede, suami aku sampai pencet-pencet klakson he he he… kalau orang Jawa sampe pencet klakson, berarti memang akunya saja yang nggak beres. Sudah begitu, di mobil masih aja benerin make up, suamiku menyetir, aku cuekin bodo amat! Turun dari mobil aku sudah cakep, wangi, rapih dan seksi. Hmm yang namanya Office Boy (OB) sampe Manager pada ngelirik deh (ah pada ngeres aja pikirannya… iya sih jujur aja, wanita mana sih yang nggak seneng kalau dikagumi?)

Pas sudah punya anak, masih tetap saja begini juga. Waktu ada teman bilang, “Eh kamu nggak nyangka lho kalau udah punya anak, bawaannya masih kayak gadis ajah. Rasanya sih seneng dengernya.”

Suatu hari, aku pernah mendengat tausyiah seorang ustad waktu aku ikut ngaji dirumah temanku tentang kecantikan seorang istri dan sikap terbaik baginya adalah hak suaminya. So what! jadi kalau ke kantor, memangnya nggak boleh dandan cakep gitu ya, pikirku!

Belakangan tiba-tiba hati ini merenung. “Ya Allah rupanya benar. Aku sudah serahkan haknya suamiku kepada ke suami-suami lain yang tidak berhak atas aku, setiap hari, bertahun-tahun… “

Emansipasi? Emang enak banget!

Sebenarnya aku sudah berterima kasih banget sama para tokoh-tokoh kewanitaan yang sudah rajin menyuarakan emansipasi untuk memperjuangkan kesamaan hak cowok ama cewek.

Di kantorku, gaji cewek sama gaji cowok untuk posisi yang sama tidak pernah dibedakan. Mulai bonus, tunjangan, semua sama.

Tapi kalau kewajiban sama nggak ya? Memang sih pada jabatan yang setara dengan jabatanku, temen-temen cowok kasihan juga kerjanya. Harus mengejar target ini lah, harus nge-deal kontrak itu lah, harus ke bea cukai lah, disemprot boss lah.

Pernah monitor komputerku mati bolak balik. Sebel!

Memang sih, aku tebak paling kabelnya ada yang longgar. Tapi masak sih, cewek kudu ngolong di meja?

Biasanya, kita, para wanita, tinggal angkat telpon, pakai sedikit rayuan kecil, langsung datang tuh orang bagian IT.

Memang enak banget emansipasi. Hak boleh sama tapi, kewajiban masak sama juga? Kayaknya tidak.

Professional

Aku suka geli sendiri. Kadang ada aja yang kelupaan. Lupa menaruh duit buat pembantu beli aqua, lupa bawa pembalut, lotion ketinggalan lah dll.

Jika Anda sekalian mau tahu, ini jadwal rutin kita para wanita karir;

•Begitu nyampai kantor langsung nelpon rumah untuk mem-briefing pembantu dari A ampe Z (manajerku saja gak rajin kasih briefing he he he)

•Habis menelpon sarapan deh ..(Mohon dipahami ya… jalanan Jakarta macet, kalau sarapan di rumah mana sempat?)

•Habis sarapan terus ngrumpi ..(wajib nih.. untuk berbagi info soal pendidikan anak, cinta laura, hem… tentang semalam bersama papanya anak-anak :)

•Habis ngrumpi apa lagi ya? Kadang si Nonik, toko berjalan bakal datang membawa dagangan, kemarin katanya mau membawa contoh high heel dll.

•Menelpon rumah lagi. Itu si bibi suka tidak nyambung, jika tidak diulang-ulang.

•Menelpon lagi… ngrumpi lagi… kabarnya si Komala baghaiman ya? Katanya, habis pap smear

• Paling demen kalau ada yang ngajak rujakan. “it’s a women thing you know.”

•Pekerjaan mah sambilan aja, yang penting beres, lho memang kenapa?

Well, ok mungkin it is not that bad ya..tapi coba deh kita evaluasi dengan jujur aja.

•Telpon yang ada di meja kita, lebih sering dibuat nelpon siapa coba? Urusan pribadi apa urusan kantor? Kalau pamer HP waaah nggak mau kalah deh, kalau Blackberry bosen ganti Android, tapi giliran nelpon anak di rumah, eh pakai telpon kantor :)

•Komputer lebih sering buat browsing mode baju, baca cerpen atau buat urusan kantor.

• Itu liat deh email kita masing-masing, ada berapa email yang kita kirim tiap hari? Berapa sih yang bener-bener buat pekerjaan? Paling emailan ngebahas ladies lunch, rasanin boss, gaji pembantu amah al-hal cewek doang isinya.

•Ketika kita lagi ngrumpi misalnya, sadar nggak sih kalau suara tawa kita cekikikan sudah ngeganggu para bapak-bapak yang lagi serius konsentrasi bekerja demi memastikan kalau nafkah yang mereka kasih untuk anak istrinya bener-bener halal dan toyyib. Kita mah cuek bebek aja ha ha hi hi!

Peran Ganda

Wanita bekerja kan dimitoskan sebagai wanita yang bisa menjalankan peran ganda yaitu mencari uang dan mendidik anak sekaligus. Pokoknya superwoman deh kayak lagunya Karyn White tahun 90-an.

Peran mencari uang dilakukan dengan cara “professional” yang dibahas di atas.

Nah peran mendidik anak ini yang ribetnya minta ampun. Memangnya cukup dengan mengangkat gagang telpon memberi instruksi kepada si bibik di rumah? so simple isn’t it?

Managemen waktu yang efektif adalah kunci sukses peran ganda, itu kata pakar kewanitaan.

Ya contoh aja, si bibi aku beri tahu jadwal jam-jam aku menelpon rumah agar dia bisa menyiapkan anakku di dekat telpon (hanya sekedar bertanya; udah makan belum, udah bobok?)

Si bibi juga harus dicerewetin agar kalau sore semuanya sudah beres, anak udah mandi, rumah udah bersih, makanan udah siap dll.

Setelah saya pikir, yang berperan ganda siapa ya? Aku apa pembantuku nih?

Pembantu gajinya pasti di bawah UMR (mau tanya, yang membayar gaji pembantu di atas UMR angka tangan deh!)

Pembantu kita kasih tugas ngerawat anak mulai nyuapin, nyebokin, mandiin, ngajarin nyanyi, seabrek.

Sudah begitu, pembantu juga masih kita beri tuga bersihkanrumah, mencuci, menyetrika celana dalam suami, dan kalau lagi pas aku telepon kadang dia lagi bikin sambel kesukaan suami.

Peran paling berat pembantuku sebenernya justru meladeniku yang sering ketus bin cerewet, tidak peduli semua kesulitan yang dia hadap untuk menjalan perintahku.

Padahal, di kantor, aku mah tinggal enaknya saja, kalau lagi ngrumpi suka tidak mau kalah mamerin anak aku udah bisa gini bisa begitu, kalau anakku dipuji orang, Hmm siapa dulu mamanya? Kalau anakku malu-maluin, tinggal bilang saja, “Iya tuh dasar pembantuku oon.”

Lho, suamiku bukan tipe orang rewel. Nasi tumis kacang panjang sama sambel terasi udah nambah bolak balik makan. Kalau cari praktisnya aja, pembantuku disuruh menyiapkan semua beres deh. (Idih boro-boro bikin sambel terasi, memegang terasi saja baunya mana tahan )

Tapi kok sama pembantu cuma digaji segitu sih? Pelit amat!

“Iya orang kerjanya nggak becus masak mau digaji tinggi.”

Kalau kerjanya nggak becus, kok dipasrahin merawat anak? He he he jadi yang nggak becus itu siapa?

Emang ironi

Kalau aku ditanya siapa yang paling aku banggakan, aku pasti jawab Mamaku.

Aku ingat betul kalau aku mau pergi ke sekolah, mamaku menyisir rambutku, kadang dikuncir seperti ekor kuda. Kalau aku pulang sekolah pasti disambut peluk cium di depan pintu, terus ditanya dijarain apa nak? Mama I love you Mama.

Tapi kenapa ya, aku sendiri justru lebih bangga jadi wanita karir?

Mamaku orangnya sederhana banget tapi bisa mendidik membesarkan aku jadi sarjana kayak begini.

Nah aku sudah sarjana jsutru malah kebalik. Mendidik anak justru aku serahkan ke pembantu oon yang aku omelin tiap hari.

Fitnah

Namanya kantor ya kayak gitu itu deh. Cowok-cewek bukan muhrim bergaul tanpa batas. Lupa kalau itu suami orang atau sengaja menghilangkan jarak karena tiap hari bertemu. Demi selembar kertas kerjaan yang kita bahas, sudah deh, pasti lupa tuh sama perabotan kita. Kalau kita berdiri terus cowok temen kerja kita duduk, dada kita cuma berapa centi dari mulut cowok itu. Yang cowok juga kadang suka GR, sementara cewek juga suka mancing-mancing, jadi sama saja. Yang pakai jilbab-pun, sama aja becandanya. Mencubit suami orang, salaman sama suami orang dll itu mah hal biasa di kantoran. Pokoknya sama saja!

Aku sendiri juga jujur seneng banget kalau dibantuin, kan artinya aku lebih punya waktu lebih banyak buat ngrumpi, rujakan atau nelpon sana sini he he he.. Bodo amat kalau cowok yang bantuin aku jadi GR ato main hati. Pura-pura innocent ajah …. He he he …

Golden Age (Masa-masa emas yang tak akan pernah kembali)

Pasti ada perasaan bersalah yang muncul karena aku tidak bisa setiap waktu deket sama anak. Aku coba tutupin rasa bersalah itu pakai alasan-alasan pembenaran.

Sering ada yang cuap-cuap begini, “Yang penting kualitas bukan kuantitas. Jadi walaupun waktu kita untuk anak cuma sedikit tapi kalau berkualitas kan lebih baik.”

Lebih baik bagaimana maksudnya nih?

Kita nyimpen ASI di kulkas di kantor dan Astaghfirullah, itu apa pada nggak risih ya? ASI dijejer sama minuman punya orang lain, apa nggak risih ya ASI nya jadi perhatian dan bikin pikiran kotor suami orang.

Setelah seharian kita pajang di kulkas di kantor, baru deh sore harinya kita minumin ke anak kita.

Yakin tuh ASI kayak begitu lebih baik dan lebih barokah daripada ASI yang langsung kita minumin ke mulut anak kita?

Ketika anak-anak kita mulai bisa bicara, mulai berjalan dan mulai bertambah kepinterannya, apakah kita yakin lebih baik di banding pembantu kita yang dengan sabar menemani, menjag, mengajarin anak kita?

Ketika kita ambil rapot anak kita, apa kita yakin merasa lebih baik dan lebih terhormat daripada ibu-ibu yang tidak bekerja di kantor seperti kita?
Ibu-ibu itu mencurahkan kasih sayangnya dengan membelai tangannya sendiri, dengan nasihatnya sendiri, sementara aku menyapa anakku hanya dengan telpon kantor, pembantuku lebih sering memberi nasihat daripada aku yang cuma marah-marah aja kalau dilaporin pembantu.

Galau

Tapi, rupanya ada saat hati ini mulai tidak bisa dibohongi lagi.

“Mama kerja cari uang dulu buat kita jalan-jalan ya sayang, buat beli susu, buat beli bajunya Amy.”

Apa bener uang gajiku buat beli baju, beli susu dan buat jalan-jalan?
Tagihan kartu kredit dilaciku jadi jawabannya, yang beli HP baru, beli baju online, beli tablet buat fesbukan. Itu saja sering ditombokin suami.

Tausyiah itu akhirnya teringat kembali. Kecantikan dan sikap terbaik istri adalah hak suami. Sudah 5 tahun lebih aku kerja. Enjoy sih, suasana kerja penuh canda dan akrab, banyak yang kagum kecantikanku. Sakit hati sih kalau ada yang menikam dari belakang bilang aku ganjen, gatel ato genit.

Suamiku dan anak-anakku melepaskan hak mereka atasu, diikhlaskannya aku pergi keluar rumah, sementara aku membalas keikhlasan mereka dengan kelakuan yang seandainya mereka liat, pasti mereka akan kecewa.

“Ya Allah ya Rabbi… setiap hari selama bertahun-tahun aku sudah memberikan hak suamiku, hak anak-anakku kepada ke suami-suami lain yang tiada hak atas aku.”

Hati ini teriris setiap kali si kecilku Amy bilang, “Mama jangan kelja” setiap aku pamit berangkat kerja.

“Surga di bawah kaki ibu.”

Tapi masihkah surga ada di bawah kaki ibu seperti aku?

Ibu yang tidak menyusui anaknya 2 tahun penuh.

Ibu yang asik ngrumpi dikantor sementara anaknya main sama pembantu.

Ibu yang asik chating email sementara anaknya tidur siang didekap pembantu.

Ibu yang cuma bisa cerewet lewat telpon kantor nyuruh mandilah, makanlah, tidur sianglah.

Ibu yang sibuk buka internet kantor cari-cari baju terbaru biar tetep modis diliat (suami) orang.

Ibu yang asik makan siang bareng di café sementara anaknya disuapi pembantu.

Enough! I am coming home sweety.

Keputusan berhenti kerja juga nggak mudah, tapi sebenarnya aku saja sih yang mellow. Teman-teman cewek bilang apa nggak sayang ninggalin kerjaan, eh tapi di belakangku mereka bilang aku berhenti kerja karena kasus ini dan itu, dasar!. Di hari terakhirku aku memberi kata-kata pesan perpisahan, “I miss you, friends forever, ah gombal pada lu semua!”

Suamiku bilang sebenernya dia sudah lama “ngebatin” ingin aku berhenti kerja. Dasar orang Jawa, coba bilang sejak dulu, mungkin aku bakal nurut.

Ridha Allah

Tiada yang lebih nyaman buat seorang hamba selain mengikuti Sunatullah. Suami dan perempuan punya fitrahnya sendiri, ikuti saja maka Allah akan melimpahkan ridha-NYA.
Alhamdulillah, keputusan berhenti bekerja adalah yang terbaik. Kini aku bebas menikmati saat-saat indah bersama bidadari kecilku Amy, kupastikan Amy mendapatkan cinta dan kasih sayangku selama aku masih hidup.

Dengan ridha Allah, aku juga tetap bisa punya penghasilan sendiri, berdua kakak perempuanku aku men gembankan bisnis cupcake online (many thanks to Pak Dani) Suamiku membelikan aku Honda Jazz second, asik juga bisa untuk mengantar pesanan cupcake dan buat antar-jemput sekolah buah hatiku.
SubhaAllah. Sungguh Allah tidak mengingkari janjiNYA. Allah cukupkan rizki orang yang bertawakal kepada NYA.

Penting lagi, aku bisa bebaskan diri ini dari fitnah, aku bisa jaga hak suamiku dan aku penuhi kewajibanku kepada anak-anak yang diamanahkan Allah kepadaku.

Eh doain aku ya biar cepet berhijab. Aku ingin berhijab lahir dan batin lillahi ta’ala. Maha Suci Engkau Ya Allah.(Lilya Rahma) Ibu Rumah Tangga tinggal di Denpasar. Kisah ini ditulis berdasarkan pengamannya sendiri

Untuk Download Artikel Klik Gambar

Minggu, Juli 22, 2012

istriku Selingkuh dengan Adik Angkatku

SUATU ketika Hasan terlihat sedih dan galau di meja kerjanya. Melihat keadaan itu, rekannya menghampiri dan berkata, “Hasan, kita kan sudah seperti saudara kandung sebelum menjadi rekan kerja di tempat ini. Sudah hampir seminggu aku melihatmu murung dan memikirkan sesuatu yang berat. Sebenarnya ada apa Hasan?”
Hasan terdiam beberapa saat, kemudian mengatakan, “Terima kasih Komar atas perhatianmu. Saat ini aku benar-benar membutuhkan seseorang untuk memecahkan masalahku.”
Hasan lalu menuangkan secangkir teh untuk Komar.
“Seperti yang kamu ketahui, aku telah menikah hampir delapan bulan dan di rumah hanya ada istri saya. Tetapi masalahnya adalah bahwa adik saya, Hamid yang sekarang berumur dua puluh tahun telah menyelesaikan pendidikannya di SMA dan diterima di salah satu universitas yang berada di kota ini. Dia akan datang ke sini seminggu atau dua minggu lagi untuk memulai studinya".
Alkisah, kedua orangtua Hasan memaksa agar Hamid tinggal di rumah Hasan daripada tinggal dengan teman-temannya di sebuah apartemen, karena takut terjadi hal-hal yang menyimpang.
Rupanya, Hasan menolak permintaan kedua orangtuanya itu. Sebab baginya kehadiran seorang pemuda di rumahnya sangat berbahya.
“Kita sama-sama tahu dan sama-sama merasakan masa muda dulu sewaktu belum menikah, bagaimana gejolak nafsu seorang pemuda terhadap lawan jenisnya. Jika perusahaan memberikan jam lembur atau menugaskanku ke luar kota, tentu aku pulang terlambat atau bahkan tidak pulang ke rumah untuk beberapa hari. Pada saat itu, yang tinggal di rumah hanya istri dan adikku saja. Jujur aku katakan, aku pernah berkonsultasi dengan salah seorang Ustadz, dan dia melarangku untuk mengizinkan lelaki manapun tinggal serumah dengan kami sekalipun saudara kandungku sendiri,” ujarnya.
Hasan kembali diam sambil meminum teh yang dibuatnya.
“Aku sudah menjelaskan kepada ayah dan ibu perihal ini berkali-kali disertai dalil dan logika yang kuat, dan aku bersumpah kepada mereka demi Allah Yang Mahakuasa bahwa aku sangat mengharapkan kebaikan bagi saudaraku Hamid. Sayangnya, ayah dan ibu menuduhku sebagai orang yang sakit hati, mereka mengatakan bahwa tidak mungkin Hamid mengganggu istriku karena dia telah mengganggapnya seperti kakak kandung sendiri. Lebih parah lagi ayah menganggapku sebagai anak durhaka jika menolak Hamid tinggal dirumahku”
Hasan kembali terdiam. Ia menjadi serba salah atas situasi ini.  “Menurutmu, apa solusi terbaik dari masalahku ini Saleh?”
“Aku tidak bermaksud mengajarimu atau pun mencampuri urusan keluargamu. Aku melihat dirimu adalah seorang paranoid dan skeptis; kalau tidak demikian, mengapa kamu menentang pendapat kedua orangtuamu? Lupakah kamu bahwa keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan kedua orangtua, dan kemurkaan Allah juga tergantung kepada kemurkaan kedua orangtua seperti yang disebutkan dalam hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam? Kenapa kamu berburuk sangka kepada saudaramu? Bukankah jika dia berada di rumah dapat membantu pekerjaanmu? Apakah kamu lupa dengan firman Allah Ta’ala yang berbunyi, “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa.” (QS. Al-Hujuraat: 12). Katakan sejujurnya Hasan, “Apakah kamu percaya kepada istrimu dan saudaramu?”
“Aku percaya kepada istri dan saudaraku, tapi….”
“Tapi apa Hasan? Kamu ragu kepada mereka? Yakinlah bahwa saudaramu Hamid akan membantumu dan istrimu dalam keperluan rumah tangga, tidak mungkin dia mengganggu istrimu karena dia mengganggapnya sebagai kakak kandungnya. Sekarang aku tanya, jika Hamid telah menikah apakah kamu mau mengganggu istrinya? Tentu tidak bukan?
Buanglah semua was-was dan praduga terhadap saudaramu itu, karena was-was berasal dari setan yang terkutuk. Aku sarankan kamu menempatkan Hamid di kamar depan, kemudian kamu membuat pintu yang memisahkan kamarnya dengan ruangan belakang dan kamarmu, sehingga kamu tetap nyaman ketika beristirahat,” kata Komar.
Tampaknya Hasan kalah argumentasi dengan Komar, tak ada pilihan lain selain menerima saran rekannya itu. Beberapa hari kemudian, Hasan menjemput adiknya ke bandara dan membawanya ke rumah. Seperti yang disarankan Komar, Hamid tidur di kamar depan.
Hari demi hari pun berlalu. Hasan, istrinya dan Hamid hidup bahagia tanpa banyak kendala yang mereka hadapi. Tak terasa sudah empat tahun Hamid tinggal bersama Hasan. Tak terasa pula Hasan telah berusia tiga puluh tahun dan telah dikaruniai tiga anak. Hamid pun hampir lulus kuliah. Hasan berjanji akan mencarikan pekerjaan yang cocok bagi adiknya dan tetap tinggal bersamanya di rumah sampai menikah dan pindah bersama istrinya ke rumah baru.
Cobaan Di Malam Hari
Suatu malam, ketika Khalid mengendarai mobilnya dalam perjalanan pulang, di salah satu jalan dia melihat samar-samar ada dua orang. Setelah mendekat ternyata ada seorang ibu tua dengan wanita muda yang tergeletak diteras rumahnya menjerit-jerit, sedangkan ibu itu berteriak mencari angkutan yang lewat untuk tumpangan ke rumah sakit. Hasan pun menanyakan keadaan mereka berdua. Ternyata mereka mereka yang baru tinggal satu minggu di sini. Wanita itu adalah putrinya yang ditinggal suami untuk keperluan pekerjaan di luar kota. Dia terlihat meringis kesakitan memegang perutnya karena rasa sakit melahirkan. Tangisan ibu tua dan jeritan wanita muda itu membuat Hasan kasihan kepada mereka. Tanpa pikir panjang, Hasan pun membawa keduanya ke rumah sakit terdekat. Sesampainya di rumah sakit, para dokter memutuskan untuk melakukan operasi caesar kepada wanita itu karena tidak mungkin melahirkan dengan normal.
Hasan tidak langsung meninggalkan rumah sakit sampai memastikan keadaan wanita muda itu dengan janin yang dikandungnya. Dia memutuskan untuk duduk di ruang tunggu dan meminta ibu tua itu untuk mengabarkan jika cucunya telah lahir. Setelah itu Hasan menelpon istrinya dan mengatakan bahwa dia terlambat pulang karena ada sedikit keperluan dan akan kembali segera.
Selang beberapa jam dia terbangun karena mendengar suara keras dari dokter dan dua orang polisi yang mendekatinya. Tak disangka ibu tua yang diantarnya ke rumah sakit itu mengacung-acungkan jari telunjuk ke arahnya sambil berteriak, “Itu orangnya, itu orangnya.”
Hasan terkejut dan heran. Dia langsung berdiri dan berjalan ke arah ibu itu sembari bertanya, “Apakah persalinan putri ibu berjalan lancar?”
Sebelum pertanyaannya dijawab, dua orang polisi mendekatinya dan bertanya, “Apakah anda yang bernama Hasan?”
“Ya” jawabnya.
“Kami minta waktu lima menit di ruangan direktur rumah sakit sekarang,” kata salah seorang polisi.
Meskipun keheranan masih meliputi dirinya, Hasan tetap mengikuti perintah polisi tersebut. Setelah semua orang masuk ruangan direktur rumah sakit, dan pintunya ditutup, tiba-tiba ibu tua itu menjerit sambil memukul wajahnya dan mengaca-acak rambutnya sendiri sambil mengatakan, “Inilah pelakunya pak polisi. Jangan biarkan penjahat ini berkeliaran”.
Hasan masih bingung dan tidak mengerti apa yang tengah terjadi. Dia baru mengetahuinya ketika salah seorang petugas mengatakan.
“Menurut ibu ini, kamu telah memperkosa putrinya dan hamil di luar nikah. Ketika dia mengancam akan melaporkanmu ke pihak kepolisian, kamu pun berjanji untuk menikahinya. Namun setelah dia melahirkan kamu meletakkan anaknya di pintu sebuah masjid agar diambil oleh orang-orang baik dan dititipkan di panti sosial.”
Hasan terkejut mendengar ucapan petugas itu, pandangannya menjadi gelap, lidahnya kelu, dan akhirnya dia jatuh pingsan.
Tak lama kemudian Hasan pun sadar. Dia melihat dua orang petugas polisi bersamanya di dalam sebuah ruangan. Salah seorang petugas langsung menanyainya, “Hasan, tolong ceritakan perihal yang sebenarnya. Saya melihat Anda sebagai orang yang terhormat dan penampilan Anda menunjukkan bahwa diri Anda tidak pernah melakukan perbuatan keji yang dituduhkan ibu tua itu.”

“Wahai manusia, apakah ini balasan dari perbuatan baik? Aku bukan orang suci, tapi aku orang yang menjaga diri dari berbuat dzolim kepada orang lain. Aku telah menikah dan mempunyai tiga anak;  Azzam, Iban dan Husen, dan aku tinggal di lingkungan yang baik”
Hasan tidak bisa mengendalikan dirinya. Tanpa disadari air mata mengalir deras membasahi pipinya. Setelah tenang, dia menceritakan kronologi pertemuannya dengan dua wanita itu sampai dia tertidur pulas di ruang tunggu rumah sakit. Setelah mendengarkan ceritanya, petugas itu berujar, “Bersabarlah Hasan, saya yakin Anda tidak bersalah, tetapi masalah ini harus diselesaikan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Kita akan melakukan beberapa tes medis untuk mengetahui fakta yang sebenarnya.”
“Fakta apa? Aku tidak bersalah dan tidak pernah melakukan perbuatan bejat itu. Mohon maaf kalau saya kasar, anjing saja mau tunduk kepada manusia yang berbuat baik kepadanya, namun banyak manusia yang tidak tahu terima kasih malah membalas kebaikan orang lain dengan kejahatan.”

Kebenaran Pun Terungkap
Keesokan harinya, Hasan datang ke rumah sakit untuk diambil sampel spermanya dan diperiksa di laboratorium guna memastikan keterlibatan Hasan dalam kejahatan yang dituduhkan ibu tua kepada dirinya. Sementara itu, Hasan dan petugas polisi duduk di ruangan lain. Hasan tidak putus-putusnya berdoa kepada Allah agar Dia mengungkapkan kebenaran sejelas-jelasnya.
Setelah hampir dua jam hasil pemeriksaan medis diberitahukan kepada Hasan dan dia dinyatakan bebas dari semua tuduhan. Demi mendengar hal tersebut Hasan pun bersujud syukur kepada Allah atas nikmat agung ini. Dia juga meminta meminta maaf kepada petugas polisi atas kata-kata kasar yang diucapkannya. Sementara itu, ibu tua dan putrinya dibawa ke kantor polisi untuk penyelidikan lebih lanjut.
Sebelum meninggalkan rumah sakit, Hasan berpamitan kepada dokter spesialis yang melakukan pemeriksaan medis tersebut.
“Saya merasa mulia atas kedatangan Anda ke sini, tetapi ada satu hal yang ingin saya sampaikan dan saya minta waktu Anda beberapa menit saja.”
Awalnya dokter itu bingung harus bagaimana membicarakannya, namun dia memberanikan diri untuk angkat bicara.
“Tuan Hasan, melalui tes yang dilakukan, saya menduga bahwa Anda mengidap sebuah penyakit, tapi aku tidak terlalu yakin, jadi aku ingin melakukan tes medis lainnya kepada istri dan anak-anak Anda untuk menghilangkan keraguan ini. Apakah Anda bersedia?”
Rasa takut mulai menyelimuti Hasan, “Dokter, aku mohon katakan penyakit apa yang aku alami. Sungguh aku sangat rela dengan keputusan Allah, tapi yang penting bagiku adalah anak-anak. Aku siap berkorban apa saja untuk mereka,” kata Hasan sambil menangis tersedu-sedu. Dokter itu menenangkan dan menghibur hatinya, “Saya benar-benar tidak bisa mengatakannya kepada anda sekarang, bisa jadi kecurigaan saya itu salah. Tapi saya mohon Anda segera membawa istri dan anak Anda ke sini.”
Beberapa jam kemudian, Hasan membawa istri dan anak-anaknya ke rumah sakit untuk melakukan tes medis seperti yang dikatakan dokter. Setelah selesai, istri dan anak-anaknya diminta menunggu di mobil sedangkan Hasan kembali ke ruangan dokter. Baru saja berbicara dengan dokter, telepon genggam Hasan berdering. Dia menjawabnya, lalu berbicara beberapa menit, kemudian menutup teleponnya.
Sebelum melanjutkan pembicaraan, dokter bertanya; “Siapa yang baru saja menelepon Anda dan Anda suruh untuk mendobrak pintu rumah?”
“Oh, dia saudara, Hamid yang tinggal satu rumah dengan kami sekeluarga. Dia menghilangkan kuncinya, jadi terpaksa pintunya didobrak saja.”
“Sudah berapa lama dia tinggal bersama Anda?”
“Semenjak empat tahun yang lalu dan sekarang studinya sudah tahun terakhir.”
“Bisakah Anda membawanya ke sini untuk melakukan tes supaya dapat dipastikanapakah penyakit tersebut penyakit keturunan atau tidak?”
“Dengan senang hati kami akan datang besok pagi ke sini,” jawab Hasan.
Keesokan harinya, Hasan bersama saudaranya, Hamid pergi ke rumah sakit untuk melakukan tes medis dan diagnosa penyakit. Dokter meminta Hasan datang seminggu lagi untuk mengetahui hasilnya.
Selama satu minggu menunggu hati Hasan tidak tenang dan dia susah tidur. Akhirnya, pada hari yang telah ditentukan, dia datang ke rumah sakit. Dokter menyambut dengan senang hati sambil menyuguhkan secangkir lemon untuk menenangkan hatinya. Dokter itu membuka pembicaraan dengan anjuran untuk bersikap sabar dalam menghadapi musibah dunia, dan semua hal yang berkaitan dengannya. Namun, Hasan sudah tidak sabar, dia memotong pembicaraan,
“Dokter, saya mohon jangan menakut-nakutiku seperti itu. Saya siap menanggung penyakit apapun karena semuanya adalah keputusan Allah, apa sebenarnya penyakitku dokter?” tanya Hasan harap-harap cemas.
Dokter menundukkan kepalanya sebentar, lalu berkata, “Dalam banyak kasus, kebenaran itu pahit dan menyakitkan, meski demikian ia harus diketahui dan dihadapi dengan lapang dada. Lari dari diri masalah tidak akan menyelesaikan masalah dan tidak akan mengubah kenyataan.”
Dokter kembali diam beberapa saat, sementara jantung Hasan semakin berdegup kencang. Dokter itu lalu angkat bicara, “Hasan, Anda mandul dan tidak dapat mempunyai keturunan. Ketiga anak tersebut bukanlah anak anda, mereka adalah anak saudaramu, Hamid.”
Hasan tidak sanggup mendengar kabar mengejutkan ini. Dia menangis sejadi-jadinya sampai terdengar di seluruh ruangan rumah sakit, kemudian dia jatuh pingsan.
Setelah dua minggu mengalami koma, Hasan pun sadarkan diri. Dia divonis stroke dan mengalami lumpuh di separuh tubuhnya. Otaknya pun tidak dapat berfungsi dengan normal, dia gila karena shock yang begitu berat. Akhirnya, dia dipindahkan ke rumah sakit jiwa dan tinggal di sana untuk menghabiskan hari-harinya. Sementara itu, istrinya dibawa ke Kantor Polisi untuk diinterogasi. Saudaranya, Hamid tengah berada di balik jeruji besi menunggu hukuman yang pantas untuknya. Adapun ketiga anaknya diserahkan ke panti asuhan dan hidup bersama anak pungut dan anak yatim di kotanya...Naudhubillahi min dzalik

Untuk Download Artikel Klik Gambar

Akhirnya Allah Memberikan Aku Jodoh yang Terbaik

Chuz+Ari
SAYA tak ingat betul, sejak kapan saya begitu perhatian dengannya, seorang pria lembut, mengagumkan dan telah membuat hatiku jatuh cinta. Yang masih saya ingat, ia adalah kakak kelasku ketika masih menjadi mahasiswa di sebuah perguruan tinggi negeri di Surabaya, Jawa Timur.

Yang jelas, tak seperti layaknya Anak Baru Gede (ABG), perjalanan perkenalan kami tak berlama-lama. Kami segera menikah usai lulus sarjana. Selain itu, perlu dimaklumi, saya setiap hari memamai jilbab, jadi alangkah tak pantasnya jika menjalin hubungan dekat dalam waktu lama tanpa ada ikatan yang halal.

Alkisah, perjalanan kisah asmara kami berjalan baik hingga ke pelaminan. Sungguh wanita mana yang tidak bahagia menerima saat-saat seperti ini? Menikah dengan seorang pria idaman, pasti adalah mimpi tiap wanita yang sehat akalnya.

Sayang, harapan tak semulus dengan kenyataan. Dalam perjalanan biduk rumah tangga, tabiat buruk suamiku mulai muncul satu-persatu. Tabiat paling utama adalah melakukan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Entah, kapan taibat buruk itu bermula. Yang jelas, usai pernikahan beberapa bulan, ia tiba-tiba sering melayangkan bogem nya ke bagian-bagian tubuhku jika dia sedang marah atau merasa kurang sesuai dengan keinginannya.

“Kamu istri macam apa? plok!” demikian sambil kepalan tangannya itu mendarat di pelipis saya.

Duh, rasahnya pedih dan sakit. Tak hanya sakit fisik, tapi sakit dari relung hatiku paling jauh. Ah, tapi mungkin itu memang karena kesalahanku sebagai seorang istri yang teledor, begitu perasaan hati agar bisa ridho menerima perlakukan ini.

Hari demi hari, mulai kuperbaiki perjalanan rumah tanggaku, semata agar kehidupan lebih baik dan aku bisa menjadi istri yang sholehah. Itu saja.

“Pyarr!” Tiba-tiba piring, gelas dan barang-barang melayang. Tak hanya itu, kali ini bukan lagi bogem yang menghampiriku.

Pria yang pernah kukagumi dan aku kenal sendiri di kampus, bukan melalui orang lain, kali ini menjambak rambutku dan menyeret ke kamar mandi. Di sana ia mendorong kepalaku ke dalam baik air. Setelah lama, ia mengangkat kepalaku dan menenggelamkan lagi.

Rasanya bingung, sedih, sakit, kecewa, semuanya campur jadi satu. “Ya Allah ya Rabbi, syetan apa yang membuat suamiku seganas ini pada istrinya?”

Begitulah kehidupan rumah tanggaku. Di depan orang kami nampak baik, di dalam rumah, ia seolah memperlakukan aku layaknya tahanan Guantanamo Bay, penjara kejam yang dibangun Amerika Serikat (AS) untuk memperlakukan saudara-saudara Muslim pasca 11 September.

Kekerasan dan siksaan (sudah tak bisa dihitung dan tak bisa saya jelaskan di sini) berjalan hingga kelahiran anak kami yang pertama. Karena sudah tidak tahan dengan perlakuan kasarnya, singkat cerita, pasca usia anak kami berjalan beberapa tahun, hubungan kami tak bisa dipertahankan dan berakhi dengan perceraian. Alhamdulillah, Allah telah menyelamatkanku dari “neraka kecil” itu.

Barakah Pesantren

Sembari masih membawa status “janda”, saya mencoba melamar berbagai tempat. Semua telah kucoba dan selalu hasilnya nihil. Maklum, bidang yang kugeluti termasuk kurang umum, yakni bidang seni.

Suatu hari, aku mendapatkan informasi sebuah lembaga pendidikan di bawah naungan sebuah pesantren di Surabaya. Dengan bismillah, kucoba melamar sebagai tenaga pendidik bidang kesenian. “Malang tak dapat ditolak untung tak dapat diraih,” demikian kata pepatah. Rupanya, lamaranku di terima.

Betapa senangnya. Pertama, aku gembira karena bisa mengamalkan ilmu, kedua, gembira bekerja di bawah lembaga yang memiliki akar kuat dalam urusan agama. Maklum, meski menutup aurat, aku wanita biasa-biasa saja, seorang dari kampung yang semenjak kecil kurang banyak dididik ilmu agama.

Benar saja, beberapa tahun bergabung dengan lembaga ini, tiap hari dan tiap saat, rasanya ilmu agamaku bertambah. Subhanallah, Maha Suci Engkau ya Allah!

Sementara aku sibuk menjadi pendidik di Surabaya, anakku kutitipkan pada neneknya di kampung. Tiap saat, usai gajian, aku pulang mengunjungi anak dan mengirim keperluan. Begitu perjalannku beberapa tahun.Dan tak terasa, sudah sekian lama kehidupan ini kujalani. Kira-kira hingga anakku masuk SMP.

Lama menjalani hidup sebagai janda rupanya tak mengganggu pikiranku. Sebab, setiap kali berfikir soal jodoh atau pria, selalu teringat dalam pikiran kekejaman mantan suamiku, yang tak lain adalah pria pilihanku sendiri. Karena itu, tiap terpikir soal pria, secepat itu pula pikiran itu lewat begitu saja. Hmmm rasanya, berat untuk menikah lagi. Bagaimana jika yang kuhadapi pria yang sama seperti kemarin? Di depan ia lembut, di belakang dia seperti algojo. Duh, ngeri!

Meski demikian, setiap malam aku selalu berdoa di hadapan Allah agar diberi jalan terbaik dalam hidup dan tak ingin diberi cobaan lagi seperti yang telah lewat.

“Ya Allah cukupkan cobaan ini. Berilah kesabaran, dan gantilah kehidupanku dengan lebih baik di masa depan.”

Suatu hari, di bulan Februari, aku pulang ke kampung menaiki bus. Perjalanan kurang lebih membutuhkan waktu 5 jam. Setengah jam bus berjalan, tiba-tiba seseorang duduk di bangku sebelahku yang awalnya kosong.

Seperti layaknya orang dalam perjalanan, ia bertanya ini-itu. Karena kurang tertarik, saya menjawabnya secara asal dan apa adanya. Namun saya sempat melihat raut berubah manakala aku menjawab bekerja sebagai seorang pendidik di lembaga pesantren. Kamipun berpisah tanpa saling mengenal.

Entah, apa yang ada dalam pikiran pria di bus itu. Rupanya, jawaban terkhirku itu membuat ia rela mencari alamat dan tempat kos ku. Sebagai wanita baik-baik, aku menghargainya. Meski demikian, aku tetap masih kurang tertarik berkenalan lebih serius dengan mahluk bernama pria.

Usahanya yang gigih terus-menerus untuk berusaha menemuiku, membuatku harus menyampaikan sesuatu padanya.

“Saya seorang janda. Banyak di luar sana orang lebih baik yang bisa Anda dapatkan,” begitu kalimatku suatu hari ketika berusaha menemuiku.

Tapi rupanya, kata-kata itu tak membuat dia mundur untuk terus berusaha ingin menemuiku. Singkat kata, keluarlah pernyataan jujurnya yang disampaikan padaku.

“Bagiku bukan soal janda. Saya butuh istri dengan latar belakang agama (Islam) yang baik. Setidaknya, aku menemukan itu padamu,” katanya.

Pernyataan ini cukup mengagetkan dan setidaknya membangunkan kesadaranku selama ini. Ternyata dia serius ingin mencari seorang istri. Sementara aku, masih terbawa terutama lama, KDRT yang terus menyisahkan luka.

Dengan kerendahan hati, kegalauan ini kusampaikan terus-menerus di hadapan Allah Subhanahu Wata’ala di kala shalat, agar aku mendapatkan jalan terbaik, pilihan Allah semata.

Dengan takdirnya, akhirnya Allah mempertemukanku dengan seorang pria baik, seseorang yang sebelumnya belum pernah mengenal secara dekat dengan wanita, bahkan dia seorang perjaka.

Allah mengirimku seorang perjaka baik-baik, yang kelembutannya di atas mantan suamiku, dan ketulusannya bukan main-main telah diberikan kepadaku. Meski hanya lulusan SMU, tetapi ilmunya di atas orang sarjana yang pernah kutemui. Seorang yang matang dan dewasa, bertolak belakang dengan mantan suamiku yang dahulu. Setahun kami menikah, ia ingin bertempat tinggal dekat pesantren di mana aku mengabdi. Dia yang rajin shalat dan ibadah tak pernah lalai di acara-acara kajian dan daurah. Kini, kami dikaruniai seorang putri manis kesayangan kami. Oh ya, Alhamdulillah, kami berdua kini juga tinggal bersama-sama dengan anak pertama. Dan suamiku yang kedua ini juga sayang pada anaku yang pertama, layaknya anak sendiri. Jadi telah lengkap sudah kegembiraan ini. “Hasbunallah wa nikmal wakil, Nikmal maula wa Nikman Nasir”(Cukuplah Allah saja yang menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung).


Untuk Download Artikel Klik Gambar

Rabu, Juli 18, 2012

Doa Memohon Jodoh


Chuz+Ari
Ya Tuhan, kalau dia memang jodohku,
dekatkanlah...
Tapi kalau bukan jodohku,
Jodohkanlah....
Jika dia tidak berjodoh denganku,
maka jadikanlah kami jodoh...
Kalau dia bukan jodohku,
jangan sampai dia dapet jodoh yang lain, selain aku...
Kalau dia tidak bisa di jodohkan denganku,
jangan sampai dia dapet jodoh yang lain,
biarkan dia tidak berjodoh sama seperti diriku...
Dan saat dia telah tidak memiliki jodoh,
jodohkanlah kami kembali...
Kalau dia jodoh orang lain,
putuskanlah! Jodohkanlah dengan ku....
Jika dia tetap menjadi jodoh orang lain,
biar orang itu ketemu jodoh dengan yang lain dan kemudian Jodohkan kembali dia denganku...
Amin...
                
                
                

Untuk Download Artikel Klik Gambar

Peran Istri Dalam Mewujudkan Keluarga yang Sakinah

Chuz+Ari
Keluarga yang sakinah merupakan dambaan bagi setiap orang. Karena dalam keluarga yang sakinah, seseorang akan dapat mengecap kebahagiaan yang tiada taranya. Dalam keluarga sakinah, seorang anak akan dapat tumbuh dengan baik, serta keharmonisan akan terus terjaga.
Banyak faktor yang mendasari terbentuknya sebuah keluarga yang sakinah. Peran dari masing-masing anggota juga sangat penting untuk dapat mewujudkan keluarga yang sakinah. Suami, istri, dan anggota keluarga lain memilii peranan masing-masing.
Selain suami, peran seorang istri berpengaruh cukup besar untuk mampu menciptakan sebuah keluarga sakinah. Hal ini karena tanggung jawab utama seorang istri (bersama suami) adalah menciptakan keutuhan dalam rumah tangga.lantas, bagaimanakah cara seorang istri untuk meciptakan keluarga sakinah? Jawabnya adalah banyak!!! Diantara sekian banyak peran istri, beberapa hal yang cukup penting, dan kadang terlupakan oleh seorang istri adalah:
1.        Memberikan Sambutan yang Menyenangkan
Tugas utama seorang suami adalah mencari nafkah untuk keluarganya. Suami akan berusaha semaksimal mungkin menafkahi keluarganya, dengan cara yang halal. Setelah seharian bekerja di luar rumah, tentunya rasa penat, lelah, dan capek akan dirasakan oleh suami. Di sinilah peran istri untuk menghilangkan, atau setidaknya mengurangi, rasa penat suaminya.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang istri dalam menyambut pulangnya sang “nahkoda”, diantaranya adalah:
•    Menampakkan Wajah Cerah
Sambutlah kedatangan suami dengan wajah yang cerah. Karena menyambut kedatangan suami dengan wajah yang cerah akan mengurangi rasa penat yang ada. Jangan menyambut suami yang baru pulang kerja dengan wajah yang cemberut, apalagi marah-marah. Hal ini akan membuat suami, yang telah lelah bekerja, menjadi kesal.
•    Menyampaikan Berita yang Menyenangkan
Apabila istri mempunyai beberapa berita untuk suami, baik itu yang menyenangkan maupun yang kurang mengenakkan hati, jangan langsung memberitahunya sekaligus. Sampaikan berita yang menyenangkan kepada suami. Setelah suami beristirahat dan rasa lelahnya berkurang, atau bahkan hilang, baru sampaikan kepadanya berita yang kurang menyenangkan. Hal ini akan berpengaruh pada respon suami terhadap berita tersebut.
•    Mengungkapkan Kerinduan
Ucapkan kata-kata yang manis kepada suami, sebagai tanda kerinduan sang istri pada suaminya. Kata-kata yang mengandung kerinduan dari sang istri akan mampu mengembalikan semangat suami, setelah seharian berpeluh mencari nafkah.
•    Menyajikan Hidangan untuk Suami
Alangkah baiknya jika kedatangan suami juga disambut dengan hidangan ringan, sebelum melakukan makan bersama. Hidangan ini dapat berupa minuman hangat, baik itu teh, kopi, atau minuman lain kesukaan suami. Apalagi kalau ditambah dengan cemilan kecil. Dengan menyajikan hidangan ini, suami akan merasa diperhatikan.
2.        Memperindah dan Memperlembut Suara
Kita sering menjumpai seorang istri yang menyambut kedatangan suami dengan hal-hal yang sebaiknya tidak dilakukan. Entah itu dengan nada kesal, marah, atau lainnya; terlebih lagi jika suami terlambat pulang. Janganlah hal ini dilakukan, karena hanya akan memancing emosi dari suami. Apapun yang terjadi, bicaralah kepada suami dengan lembut dan santun. Jika istri bicara dengan suami secara lembut, maka suami dengan sendirinya akan menghargai sang istri.
3.        Berhias
Sudah menjadi kebiasaan wanita jaman sekarang untuk tampil mempercantik diri dengan berhias. Namun sayangnya mereka (terutama para istri) berhias jika hanya akan keluar rumah. Padahal jelas-jelas dalam sebuah hadist, Rasulullah menganjurkan istri supaya berhias untuk suami mereka. Namun justru istri berhias jika ingin pergi, dan tampil “acak-acakan” jika dirumah, meskipun ada suaminya.
Hal inilah yang harus dirubah. Sebaiknya para istri berhias untuk suami mereka, sehingga suaminya merasa betah di rumah serta bangga dengan istrinya.
4.        Melayani kebutuhan Biologis Suami (Jima’)
Soerang istri diwajibkan untuk melayani kebbutuhan biologis suami, kecuali jika sedang ada “halangan”. Dalam melayani suami, seorang istri harus melakukan dengan ikhlas, sehingga suami merasa senang dengan pelayanan sang istri, dan tidak “jajan” di luar rumah.
5.        Ikhlas Menerima Keadaan
Seorang istri sebaiknya merasa ikhlas dalam menerima keadaan keluarga. Apapun keadaan keluarganya, istri yang ikhlas dalam menerimanya akan meningkatkan rasa saying suami. Meskipun kekurangan, tapi jika ikhlas menerimanya, insya Allah akan menjadi berkah..
6.        Menjaga Kesetiaan
Setia adalah salah satu kunci dalam membina keutuhan sebbuah keluarga. Baik suami atau istri wajib untuk menjaga kesetiaannya terhadap pasangan hidup masing-masing. Dengan menjaga kesetiaan, insya Allah kehidupan keluarga akan bahagia.
7.        Meredakan Amarah Suami
Sering karena suatu hal, suami marah, entah terhadap istri, anak-anak, maupun hal-hal lain. Jika suami sedang marah, istri jangan lantas ikutan marah. Hal ini hanya akan berakibat fatal. Redakan amarah suami dengan bujukan dan rayuan, karena bukankah seorang wanita itu pintar dalam mencuri hati laki-laki?
8.        Menjaga Kehormatan
Kehormatan disini bukan hanya kehormatan sang istri sendiri. Istri juga harus mampu menjaga kehormatan keluarganya. Jangan umbar aib keluarga kepada orang lain, meskipun itu orang tua sendiri. Hal ini hanya akan membuat kehormatan keluarga tercoreng.
9.        Memuliakan Keluarga dan Tamu Suami
Anggaplah keluarga suami sebagai keluarga sendiri. Hormati dan hargai tamu-tamu yang ingin bertemu dengan suami. Jangan lantas tamu itu tamu suami, si istri tidak mau menghargainya. Hal ini hanya akan menimbulkan perpecahan dalam keluarga.
10.    Sabar
Bersabarlah dalam menghadapi kehidupan ini. Apapun yang terjadi, sikap sabar merupakan hal yang paling utama.
11.    Merapikan Rumah
Rumah yang rapi, bersih, dan nyaman merupakan rumah yang disenangi oleh semua anggota keluarga. Merapikan rumah adalah salah satu tanggung jawab istri. Jangan biarkan rumah dalam keadaan berantakan, karena hanya akan membuat penghuninya tidak merasa betah untuk tinggal di dalamnya.
                
                
                

Untuk Download Artikel Klik Gambar

Kunci Kebahagiaan Hidup

Chuz+Ari
Rahasia kebahagiaan adalah memusatkan perhatian pada kebaikan dalam diri
orang lain. Sebab, hidup bagaikan lukisan: Untuk melihat keindahan lukisan
yang terbaik sekalipun, lihatlah di bawah sinar yang terang, bukan di
tempat yang tertutup dan gelap sama halnya sebuah gudang.

Rahasia kebahagiaan adalah tidak menghindari kesulitan. Dengan memanjat
bukit, bukan meluncurinya, kaki seseorang tumbuh menjadi kuat.

Rahasia kebahagiaan adalah melakukan segala sesuatu bagi orang lain.
Air yang tak mengalir tidak berkembang. Namun, air yang mengalir dengan bebas
selalu segar dan jernih.

Rahasia kebahagiaan adalah belajar dari orang lain, dan bukan mencoba
mengajari mereka. Semakin Anda menunjukkan seberapa banyak Anda tahu,

 semakin orang lain akan mencoba menemukan kekurangan dalam pengetahuan
Anda. Mengapa bebek disebut "bodoh" Karena terlalu banyak bercuap-cuap.

Rahasia kebahagiaan adalah kebaikan hati: memandang orang lain sebagai
anggota keluarga besar Anda. Sebab, setiap ciptaan adalah milik Anda.
Kita semua adalah ciptaan Tuhan yang satu.

Rahasia kebahagiaan adalah tertawa bersama orang lain, sebagai sahabat,
dan bukan menertawakan mereka, sebagai hakim.

Rahasia kebahagiaan adalah tidak sombong. Bila Anda menganggap mereka
penting, Anda akan memiliki sahabat ke manapun Anda pergi. Ingatlah
bahwa musang yang paling besar akan mengeluarkan bau yang paling menyengat.

Kebahagiaan datang kepada mereka yang memberikan cintanya secara bebas,
yang tidak meminta orang lain mencintai mereka terlebih dahulu.
Bermurah hatilah seperti mentari yang memancarkan sinarnya tanpa terlebih dahulu
bertanya apakah orang-orang patut menerima kehangatannya.

Kebahagiaan berarti menerima apapun yang datang, dan selalu mengatakan
kepada diri sendiri "Aku bebas dalam diriku".

Kebahagiaan berarti membuat orang lain bahagia. Padang rumput yang
penuh bunga membutuhkan pohon-pohon di sekelilingnya, bukan bangunan-bangunan
beton yang kaku. Kelilingilah padang hidup Anda dengan kebahagiaan.

Kebahagiaan berasal dari menerima orang lain sebagaimana adanya;
nyatanya menginginkan mereka bukan sebagaimana adanya. Betapa akan membosankan
hidup ini jika setiap orang sama. Bukankah taman pun akan tampak
janggal bila semua bunganya berwarna ungu

Rahasia kebahagiaan adalah menjaga agar hati Anda terbuka bagi orang lain,
dan bagi pengalaman-pengalaman hidup. Hati laksana pintu sebuah rumah.
Cahaya matahari hanya dapat masuk bilamana pintu rumah itu terbuka lebar.

Rahasia kebahagiaan adalah memahami bahwa persahabatan jauh lebih berharga
daripada barang; lebih berharga daripada mengurusi urusan sendiri;
lebih berharga daripada bersikukuh pada kebenaran dalam perkara-perkara yang
tidak prinsipiil.

Renungkan setiap rahasia yang ada di dalamnya.
Rasakan apa yang dikatakannya.
                
                
                

Untuk Download Artikel Klik Gambar

Minggu, Juli 01, 2012

Tidak Perlu Mengeluh...!

Syukurilah apa yang telah menjadi takdir Allah terhadap kita, kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi dimasa-masa yang akan datang terhadap kita, meski kita punya angan-angan, cita-cita tinggi, motivasi untuk perubahan, toh pada akhir Allahlah yang menjadi penentu terhadap masa depan kita. Manusia tidak punya kuasa untuk merubah nasib, kewajiban kita hanyalah berdoa dan berusaha, hasil Allah yang menentukan. 

Apa yang Allah takdirkan insyaallah itulah yang terbaik buat kita, tidak usah mengeluh, tidak usah suka menyalahkan, apa yang terjadi itulah ketentuan Allah, Banyak laki-laki ingin punya istri cantik, tinggi, pintar dan kaya, tapi ternyata dia malah diberi istri yang jelek, pendek, bodoh dan miskin, tapi sekali lagi itulah ketentuan Allah dan itu yang terbaik buat dia, maka syukurilah..! pasti ada hikmah dibalik semua itu, barangkali dengan mendapatkan istri yang seperti itu setelah nikah dia jadi sukses dan menjadi kaya raya, kemudian karna sudah kaya dia bawa istrinya ke salon, ke tempat perawatan kulit yang mahal sehingga istrinya yang dulunya jelek jadi cantik, kemudian dibelikan obat atau alat peninggi badan, sehingga yang awalnya pendek jadi tinggi, setelah itu selalu diajak keseminar-seminar dan pelatihan-pelatihan, sehingga yang awalnya bodoh bin tolol jadilah dia pinter dan cerdas. Tapi sebaliknya belum tentu kalau dia diberikan istri yang cantik, pintar dan kaya kemudian dia bahagia sebagaimana angan-angan sebelumnya, Betapa banyak laki-laki yang istrinya cantik justru menjadi mainan istrinya, istrinya tidak taat pada suaminya, karna orang yang merasa cantik biasanya selalu merasa mudah mendapatkan cowok lain sehingga tidak menghargai suaminya, karna merasa kaya dia suka mengabaikan suaminya, karna ada perasaan kalau suaminya gak kasih nafkah harta dia merasa tetap jaya, sehingga berlaku acuh taka acuh melayani suaminya...

Jadilah sosok manusia yang penyabar dan berhati lembut, hadapilah semua problematika hidup ini dengan penuh tawakkal kepada Allah, Allah maha pengasih dan penyayang kepada kita selama kita mau mendekat kepada Allah, Allah tidak mungkin membiarkan hambanya yang sholeh hidup terlunta-lunta, gajah yang tidak sekolah saja gemuk-gemuk, masa kita yang sudah serjana dibirkan hidup melarat begitu saja oleh Allah. tidak mungkin, selama kita usaha pasti akan ada perubahan...Sebagaimana firman Allah "fainna maal usri yusro" yang artinya bahwa setelah kesusahan itu pasti ada kemudahan,, Ameein yaa robbal alameeiin..!

Untuk Download Artikel Klik Gambar